1. Total
Suspended Particulate (TSP)
A.
KARAKTERISTIK PENCEMAR TSP
Masalah pencemaran udara yang disebabkan
oleh partikel padat TSP (Total Suspended Particulate atau total partikel
melayang) dengan diameter maksimum sekitar 45 mm, partikel PM10 (particulate
matter) dengan diameter kurang dari 10 mm dan PM2,5 dengan diameter kurang dari
2,5 mm. Partikel-partikel tersebut diyakini oleh para pakar lingkungan dan
kesehatan masyarakat sebagai pemicu timbulnya infeksi saluran pernapasan,
karena partikel padat PM10 dan PM2,5
dapat mengendap pada saluran pernapasan daerah bronki dan alveoli, sedang TSP tidak dapat terhirup ke
dalam paru, tetapi hanya sampai pada bagian saluran pernapasan atas.
Partikulat debu melayang (Suspended
Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai
senyawaorganik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat
kecil, mulai dari < 1 mikron sampai denganmaksimal 500 mikron. Partikulat debu
tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan
melayanglayangdi udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran
pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadapkesehatan, partikel debu
juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai
reaksi kimia diudara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai
senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran danbentuk yang berbada pula,
tergantung dari mana sumber emisinya.
Karena Komposisi partikulat debu udara
yang rumit, dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak
istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa
istilah digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan sampel udara seperti :
Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), dan balack
smake. Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan
dimana partikulat debu dapat mengedap, seperti inhalable/thoracic particulate
yang terutama mengedap disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah pangkal
tenggorokan (larynx). Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM-10
(partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik <10 mikron), yang
mengacu pada unsur fisiologi maupun metode pengambilan sampel.
SUMBER
Secara alamiah, partikulat dapat
dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin, proses vulkanis yang
berasal dari letusan gunung berapi, uap air laut. Partikulat juga dihasilkan
dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa
karbon murni atau bercampur dengan gas-gas organik, seperti halnya
penggunaan mesin diesel yang tidak terpelihara dengan baik dan pembakaran batu
bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir-butiran
tar. Jika dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas
pada umunya menghasilkan partikulat dalam jumlah yang lebih sedikit. Emisi
partikulat tergantung pada aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan
bakar fosil, seperti transportasi kendaraan bermotor, industri berupa proses
(penggilingan dan penyemprotan) dan bahan bakar industri, dan sumber-sumber non
industri, misalnya pembakaran sampah baik domestik ataupun komersial. (Yusra,
2010)
KONSETRASI
ALAMIAH
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.
41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, baku mutu udara ambien nasional
selama 24 jam untuk TSP sebesar 230 mg/m3.
KONSENTRASI MENIMBULKAN
DAMPAK
Tingkat bahaya tidaknya partikel udara
di suatu tempat dapat diketahui dengan menyetarakan hasil penentuan konsentrasi
partikel pada penelitian terhadap Indeks
Standar Pencemar Udara (ISPU) menurut Keputusan Kepala BAPEDAL no. Kep –
107 / KABAPEDAL / 11 / 1997. Kategori ISPU untuk parameter partikulat udara dan
efeknya terhadap kesehatan masing-masing dapat dilihat pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.2
B. DAMPAK PENCEMAR
1. Kesehatan Manusia
Inhalasi
merupakan satu-satunya rute parjanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya
dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senyawa lain
yang melekat bergabung pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan senyawa
beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute lain.
Pengaruh
partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung
kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada
diudara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang
membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10
mikron. Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan
partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di
alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar
dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat
mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini
akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2
yang terdapat di udara juga.
Selain itu
partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan
iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility)
Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara
merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar
hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh
partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi
reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam
yang terkandung di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar
dibandingkan dengan dosis sama yang berasal dari makanan atau air minum. Oleh
karena itu kadar logam di udara yang terikat pada partikulat patut mendapat
perhatian .
2.
Ekosistem dan Lingkungan
Keberadaan
partikulat di udara dapat mereduksi radiasi matahari dan meningkatkan
kemungkinan presipitasi. Partikulat yang terdapat di atmosfer berpengaruh
terhadap jumlah dan jenis radiasi sinar matahari yang dapat mencapai permukaan
bumi. Pengaruh ini disebabkan oleh penyebaran dan absorbsi sinar oleh
partikulat. Salah satu pengaruh utama adalah penurunan visibilitas. Sinar yang
melalui objek ke pengamat akan diabsorbsi dan disebarkan oleh partikulat
sebelum mencapai pengamat, sehingga intensitas yang diterima dari objek dan
dari latar belakangnya akan berkurang. Akibatnya
perbedaan antara kedua intensitas intensitas sinar tersebut hilang sehingga
keduanya (objek dan latar belakang) menjadi kurang kontras atau kabur.
Penurunan visibilitas ini dapat membahayakan, misalnya pada waktu mengendarai
kendaraan atau kapal terbang. Jumlah polutan partikulat bervariasi dengan
manusia atau iklim. Pada musim gugur dan salju, sistem pemanas didalam
rumah-rumah dan gedung meningkat sehingga dibutuhkan tenaga yang lebih tinggi
yang mengakibatkan terbentuknya lebih banyak partikulat.
Iklim dapat
dipengaruhi oleh polusi partikulat dalam dua cara. Partikulat di dalam atmosfer
dapat mempengaruhi pembentukan awan, hujan dan salju dengan cara berfungsi
sebagai inti dimana air dapat mengalami kondensasi. Selain itu penurunan jumlah
radiasi solar yang mencapai permukaan bumi karena adanya partikulat dapat
mengalami kondensasi. Selain itu penurunan jumlah radiasi solar yang mencapai
permukaan bumi karena adanya partikulat dapat mengganggu keseimbangan panas
pada atmosfer bumi. Suhu atmosfer bumi ternyata menurun sedikit sejak tahun
1940, meskipun pada beberapa abad terakhir ini terjadi kenaikan kandungan CO2
di atmosfer yang seharusnya mengakibatkan kenaikan suhu atmosfer. Peningkatan
refleksi radiasi solar oleh partikulat mungkin berperan dalam penurunan suhu
atmosfer tersebut. (BPLHD Jabar, 2009)
3.
Hewan
Partikulat yang
mengandung fluorida dapat menyebabkan beberapa kerusakan tanaman. Selain itu
partikulat yang mengandung magnesium oksida dan jatuh pada tanah pertanian juga
menghasilkan pertumbuhan tanaman yang buruk. Kesehatan hewan mungkin menurun
ketika hewan memakan tanaman yang ditutupi oleh partikulat beracun tersebut.
Senyawa beracun tersebut dapat diserap ke dalam jaringan tanaman atau mungkin
tetap sebagai kontaminan di permukaan tanaman. Fluorosis pada hewan telah
dikaitkan dengan mengonsumsi vegetasi yang ditutupi dengan partikulat yang
mengandung fluorida. Sapi dan domba juga mengalami keracunan, yaitu keracunan
arsen karena mengonsumsi vegetasi yang terkontaminasi partikulat yang
mengandung arsen. (Wark and Warner, 1981)
Penjelasan di atas juga didukung oleh BPLHD Jabar (2009) yang menyebutkan bahwa
bahaya yang ditimbulkan bagi hewan berasal dari pengumpulan partikulat pada
tanaman yang kemungkinan mengandung komponen kimia yang berbahaya, tepatnya
hewan yang memakan tanaman tersebut.
4.
Tumbuhan
Lapisan debu
partikulat pada permukaan daun dapat menutupi stomata daun. Gas dan uap air
keluar-masuk struktur daun melalui stomata. Akibatnya transport gas , uap air
ke dalam struktur daun terganggu. Partikulat yang melapisi permukaan daun juga
menyebabkan kemampuan fotosintesis daun menurun. Sehingga akan mempengaruhi
tingkat pertumbuhan vegetasi. Tanda-tanda kerusakan daun akibat pencemaran
udara seperti necrosis , chlorosis dan bercak pada permukaan daun.
5.
Material
Partikulat-partikulat
yang terdapat di udara dapat mengakibatkan berbagai kerusakan padaberbagai
bahan. Jenis dan tingkat kerusakan yang dihasilkan oleh partikulat dipengaruhi
oleh komposisi kimia dansifat fisik partikulat tersebut. Kerusakan pasif
terjadi jika partikulat menempel atau mengendap pada bahan-bahan yang terbuat
dari tanah sehingga harus sering dibersihkan. Proses pembersihan sering
mengakibatkan cacat pada permukaan benda-benda dari tanah tersebut. Kerusakan
kimia pada material dapat pula terjadi
jika partikulat yang menempel bersifat korosif atau partikulat tersebut membawa
komponen lain yang juga bersifat korosif.
Logam biasanya tahan terhadap korosi di dalam udara kering atau di udara bersih
yang hanya mengandung sedikit air. Partikulat dapat merangsang korosi, terutama
dengan adanya komponen yang mengandung partikel hidroskopik atau
sulfur. Fungsi partikulat dalam merangsang kecepatan korosi adalah karena
partikulat dapat berungsi sebagai inti dimana uap air dapat mengalami
kondensasi, sehingga gas yang diserap oleh partikulat akan terlarut di dalam
droplet air yang terbentuk.
2. Particulate Matter (PM 2,5)
A. KARAKTERISTIK PENCEMAR (PM 2,5)
PM (particulate matter) atau partikulat
adalah suatu istilah untuk partikel padatan maupun cair di udara. Partikel
berasal dari berbagai sumber baik bergerak maupun stasioner sehingga sifat
kimia dan fisika partikel sangat bervariasi. Partikel-partikel ini memiliki
berbagai ukuran dan bentuk serta dapat tersusun dari ratusan bahan kimia yang
berbeda. Partikel primer adalah partikulat yang diemisikan langsung dari
sumber, seperti : lokasi konstruksi, jalan beraspal, ladang, cerobong asap, dan
kebakaran. Partikel sekunder terbentuk
melalui reaksi substansi kimia di atmosfer seperti sulfur dioksida dan nitrogen
oksida yang dipancarkan dari pembangkit listrik, industri, dan kendaraan
bermotor.
PM2,5 terdiri dari berbagai kombinasi
senyawa sulfat, senyawa nitrat, senyawa karbon, amonium, ion hidrogen, senyawa
organik, logam (Pb, Cd, V, Ni , Cu, Zn, Mn, dan Fe), dan partikel terikat air.
Sumber utama PM 2.5 adalah pembakaran bahan bakar fosil, pembakaran vegetasi,
serta peleburan dan pengolahan logam. Masa PM2,5 di atmosfer adalah dari hari
sampai minggu dan rentang jarak perjalanan dari 100 sampai 1000 km.
Pada tahun 1971, United States EPA
(Environmental Protection Agency) mendirikan NAAQS (National Ambient Air
Quality Standard). Standar partikulat yang terdahulu adalah TSP (Total
Suspended Particulate). Standar ini diganti pada tahun 1987 dengan partikel
yang berukuran kurang dari 10 μm diameter aerodinamis (PM10). ditentukan
konsentrasi rata-rata tahunan 50μg/m3 dan maksimum 24-jam sebesar 150μg/m3,
berdasarkan nilai tertinggi selama 3 tahun periode. Pada tahun 1997, setelah
meninjau penelitian ilmiah, EPA menyimpulkan bahwa partikel dengan diameter
aerodinamis kurang dari 2,5 m (PM2.5) memiliki hubungan yang lebih besar dengan
mortalitas dan morbiditas dari PM10. EPA menentukan PM2,5 tahunan standar pada
konsentrasi 15 μg/m3 dan PM2,5 selama 24 jam pada tingkat 65 μg / m3.
Inhalasi merupakan satu-satunya rute
pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap
kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senyawa lain yang melekat bergabung
pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang
dapat memajan tubuh melalui rute lain. Pengaruh partikulat debu bentuk padat
maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran
partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada diudara sangat tergantung
kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya
berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umunya ukuran
partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung
masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti
bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena
partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan
menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi
reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga.
Ada lima mekanisme yang mempengaruhi
deposisi partikel di dalam saluran pernafasan. Mekanisme utama yaitu
pengendapan secara gravitasi, impaction dan difusi Brownian. Mekanisme lainnya
yaitu gaya tarik elektrostatis dan intersepsi. Ada beberapa faktor yang juga
mempengaruhi deposisi partikulat, yaitu cara bernafas, aktivitas fisik, usia,
radang paru-paru, dan kondisi ambien (peningkatan temperature dan kehadiran
polutan lain).
SUMBER
Sumber PM2.5 dari aktivitas manusia
lebih banyak berpengaruh daripada sumber-sumber alami, yang membuat sebuah
kontribusi kecil untuk konsentrasi total, terutama emisi dari kendaraan di
jalanan. Selain itu dari proses kegiatan industri juga banyak menghasilkan
partikulat dari hasil pembakaran maupun penggunaan bahan bakar. Emisi partikel
PM2.5 dapat juga dibentuk dari reaksi kimia gas seperti sulfur dioksida (SO2)
dan nitrogen oksida (NOx: oksida nitrat, tidak ditambah nitrogen dioksida,
NO2); ini disebut partikel sekunder.
KONSENTRASI
Konsentrasi alamiah maupun
konsentrasi yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar dapat
ditinjau dari baku mutu udara. Pada tabel berikut merupakan baku mutu udara
ambien nasional.
Tabel 1.1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional
Sumber: [1]
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997
B. DAMPAK ENCEMAR
1.
Kesehatan Manusia
Beberapa studi epidemiologi menunjukkan
keterkaitan PM10 dan khususnya PM2,5 dengan beberapa permasalahan kesehatan.
Ukuran partikulat sangat kecil sehingga mampu mencapai bagian terdalam
paru-paru dan bahkan sampai beredar dalam aliran darah. Beberapa gangguan kesehatan
akibat terhirupnya particulate matter
yaitu :
a. Gangguan
pernafasan kronis (bronchitis)
b. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
c. Asma
d. Penurunan fungsi paru-paru
e. Kanker paru-paru
f. Kematian dinI
Selain
mengganggu sistem pernafasan, paparan PM2,5 juga menyebabkan iritasi pada mata.
Orang berusia lanjut, anak-anak, dan orang yang memiliki gangguan pernafasan
adalah kelompok manusia yang paling sensitive terhadap paparan partikulat.
2.
Ekosistem
dan Lingkungan
Partikel halus
(PM2,5) adalah penyebab utama berkurangnya jarak pandang manusia. Tidak hanya
manusia yang akan mengalami gangguan pernafasan dan penglihatan, jika
konsentrasi partikulat di ambien melebihi ambang batas, hewan pun akan
mengalami hal yang sama.
3. Tumbuhan
Paparan
partikulat terhadap tumbuhan memberikan dampakpada beberapa organ tumbuhan.
Partikulat dengan pH > 9 menyebabkan kerusakan jaringan pada daun tempatnya
terdeposisi. Partikulat yang terdeposisi di permukaan daun menghalangi sinar
matahari yang dibutuhkan oleh daun untuk melakukan fotosintesis. Difusi gas
dari daun ke udara pun terganggu akibat menempelnya partikulat. Deposisi
partikulat di permukaan tanah mengakibatkan perubahan pH tanah yang secara
tidak langsung berdampak buruk terhadap tumbuhan dan organisme di dalam tanah
lainnya.
4.
Material
Partikulat di atmosfer dapat juga mengotori dan
merusak material. Deposisi partikulat pada bangunan akan mengotori dan
mengurangi estetika bangunan
3.
Particulate Matter (PM10)
A.
KARAKTERISTIK PENCEMAR PM10
Partikulat adalah padatan atau liquid di udara
dalam bentuk asap, debu dan uap, yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu
yang lama. Di samping mengganggu estetika, partikulat juga memberikan dampak
buruk terhadap kesehatan. PM10 merupakan salah satu pencemar udara
primer. Menurut WHO, besarnya ukuran partikulat debu yang dapat masuk ke dalam
saluran pernapasan manusia adalah yang berukuran 0,1 µm sampai dengan kurang
dari 10 µm dan berada sebagai suspended
particulate matter yang dikenal dengan nama PM10.
Toksisitas dari partikel inhalable tergantung
dari komposisinya. Partikel yang terhirup (inhalable) juga dapat merupakan
partikulat sekunder, yaitu partikel yang terbentuk di atmosfer dari gas-gas
hasil pembakaran yang mengalami reaksi fisik-kimia di atmosfer, misalnya
partikel sulfat dan nitrat yang terbentuk dari gas SO2 dan NOx.
B.
DAMPAK PENCEMAR
1.
Kesehatan Manusia
PM10 dapat terhisap ke ke dalam
sistem pernafasan manusia dan menyebabkan penyakit gangguan pernafasan dan kerusakan
paru-paru. Partikel yang terhisap ke dalam sistem pernafasan akan disisihkan
tergantung dari diameternya. Partikel berukuran besar akan tertahan pada
saluran pernafasan atas, sedangkan partikel kecil (inhalable) akan masuk ke
paru-paru dan bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang lama.
PM10 diketahui dapat meningkatkan
angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan. pada
konsentrasi 140 µg/m3 dapat menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak,
sementara pada konsentrasi 350 µg/m3 dapat memperparah kondisi penderita
bronkhitis. Partikulat juga merupakan
sumber utama haze (kabut asap) yang menurunkan visibilitas.
2.
Ekosistem dan Lingkungan
Partikulat seperti PM10 dapat
mencemari lingkungan yang mengakibatkan visibilitas atau jarak pandang menjadi
menurun.
3.
Hewan
Dampak partikulat pada hewan pada dasarnya sama
seperti dampak yang ditimbulkan pada manusia.Efek toksik yang dapat ditimbulkan
pada hewan yaitu penurunan fungsi paru-paru, terhalangnya saluran pernapasan,
rusaknya alveoli, dan efek lainnya. Pemaparan partikulat pada tikus di
laboratorium menyebabkan tikus percobaan tersebut menderita kanker paru-paru.
4.
Tumbuhan
Pada tanaman,
partikulat debu PM10 jika bergabung dengan uap air atau air hujan
gerimis akan membentuk kerak yang tebal pada permukaan daun, dan tidak dapat
tercuci dengan air hujan kecuali dengan menggosoknya. Lapisan kerak tersebut
akan mengganggu proses fotosintesis pada tanaman karena menghambat masuknya
sinar matahari dan mencegah pertukaran CO2 dengan atmosfer. Akibatnya
petumbuhan tanaman menjadi terganggu.
5.
Material
Pada material , PM10 dapat
menyebabkan beberapa dampak negatif yaitu :
1.
Menyebabkan logam berkarat
2.
Merusak struktur tanah dan kendaraan bermotor
3.
Mengurangi nilai estetika bangunan. Dalam hal ini, proses
pembersihan dari
debu seperti mngecat ulang dan hal
lainnya akan memebutuhkan biaya yang
cukup besar.
Sumber: [2]
Tabel 1.3 Kategori ISPU yang Menimbulkan Efek
Sumber: [3]
Gambar 1.1 Dampak Partikulat terhadap Kesehatan
Sumber: [4]
REFERENSI
1. Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997
. http://blh.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2014/07/Buku%20Kualitas%20Udara%202013.pdf (diakses 25 Februari 2015)
2&3. https://www.academia.edu/5178275/PARAMETER_PENCEMAR_UDARA_DAN_DAMPAKNYA_TERHADAP_KESEHATAN (diakses 25 Februari 2015)
2&3. https://www.academia.edu/5178275/PARAMETER_PENCEMAR_UDARA_DAN_DAMPAKNYA_TERHADAP_KESEHATAN (diakses 25 Februari 2015)
https://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/pedoman-paramater-pencemaran-udara1.pdf (diakses 25 Februari 2015)
http://laqm.defra.gov.uk/public-health/pm25.html (diakses 25 Februari 2015)
2015)
untuk baku mutu sudah ada yang terbaru yaitu PP41/1999
BalasHapus